Friday, May 18, 2012

♥♥kisah Cinta Terindah♥♥♥





 ♥Ali Bin Abi talib waktu itu ingin melamar Fatimah, puteri nabi Muhammad SAW. Tapi karena dia tidak mempunyai wang untuk membeli mahar, maka ia membatalkan niat itu. Ali segera berhijrah untuk bekerja dan mengumpulkan wang. Pada saat Ali sedang bekerja keras, ia mendengar khabar kalau Abu Bakar ternyata melamar Fatimah. Wah, bagaimana agaknya perasaan Ali, wanita yang sudah dia inginkan dilamar oleh seseorang yang ilmu agama nya lebih hebat dari dia. Tetapii Ali tetap bekerja dengan giat. Lalu setelah beberapa lama Ali mendengar kabar kalau lamaran Abu Bakar kepada Fatimah ditolak. Ali terpegun dan sedikit bergembira tentunya, kata Ali 

“waah, saya masih punya kesempatan ”.

 Setelah mendengar khabar itu, Ali bekerja lebih giat lagi agar cepat mengumpulkan uang dan segera melamar Fatimah. Tapi tak lama setelah itu, Ali mendengar khabar kalau Umar Bin Khatab melamar Fatimah. Wah, sekali lagi Ali mendahulukan orang lain, bagaimana perasaanya? Tapi tak berapa lama Ali mendengar kalau lamaran Umar bin Khatab ditolak. betapa senangnya Ali, mendengar kabar itu.

 Tapi tak lama kesenangan itu kembali pudar Karena terdengar khabar lagi, ternyata Usman bin Affan melamar Fatimah. ini sudah yang ketiga kalinya, kata Ali

 “mungkin kali ini diterima. Kalaulah Usman tidak melamar Fatimah secepat ini, InsyaAllah tidak lama lagi saya akan melamar Fatimah, tapi , apa hendak dikata , adakah mahu mengalah Dan sekali lagi, tidak berapa lama dari itu, khabar ditolaknya lamaran Usman bin Affan pun terdengar lagi, betapa bahagianya Ali. Semangat Ali untuk melamar Fatimah pun berkobar lagi, dan semangat itu didukung oleh sahabat2 Ali. Kata sahabat nya

 “pergilah Ali, lamar Fatimah sekarang, tunggu apa lagi?? kamu kan sudah bekerja keras selama ini, kamu juga sudah mengumpulkan harta dan cukup untuk membeli mahar. tunggu apa lagi??? Tunggu yang ke4 kalinya??? baik cepat!!!” Dengan segera Ali memeberanikan diri untuk menghadap ke Nabi Muhammad S.W.T dengan tujuan melamar Fatimah, dan sahabat2 nak tau??? 


LAMARANNYA DITERIMA!!! 

Oh rupanya : ternyata memang dari dulu Fatimah sudah mempunyai perasaan dengan Ali dan menunggu Ali untuk melamarnya. Begitu juga dengan Ali, dari dulu dia juga sudah mempunyai perasaan dengan Fatimah,. Tapi mereka berdua sabar menyembunyikan perasaan itu sampai saat nya tiba, sampai saatnya ijab Kabul disahkan . Wah..wah.. mereka hebat yaaa (harus kita contohi, sahabat-sahabat ). Walaupun Ali sudah merasakan kekecewaan 3 kali mendahulukan orang lain, akhirnya kekecewaan itu terbayar juga. Yup, sekali lagi, kata-kata ini pasti akan muncul dalam benak sahabat2 

 “Jodoh memang tidak kemana” ,


dari cerita itu, lebih memperjelas lagi kan bahwa “Cinta itu, mengambil kesempatan , atau mempersilakan yang lain” Cinta adalah hal fitrah yang tentu saja dimiliki oleh setiap orang,namun bagaimanakah membingkai perasaan tersebut agar bukan Cinta yang mengendalikan Diri kita, Tetapi Diri kita yang mengendalikan Cinta. Mungkin cukup sulit menemukan teladan dalam hal tersebut disekitar kita saat ini. Walaupun bukan tidak ada.. barangkali, kita saja yang tidak mengetahuinya. 


Dan inilah kisah dari Khalifah ke-4, Suami dari Putri kesayangan Rasulullah tentang membingkai perasaan dan Bertanggung jawab akan perasaan tersebut “Bukan janj-janji” Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan sahabat2nya tapi Nabi berkeras agar ia membayar bakinya Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati., “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan.

 Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali,

 “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda” ‘Ali terkejut dan berkata,

 “kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu” Sambil tersenyum Fathimah berkata,

 “Ya, karana pemuda itu adalah Dirimu” 

 Ayahanda yang penyayang terus merenung puterinya dengan pandangan kasih sayang,

 "Puteriku, maukah engkau kuajarkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kau pinta itu?" "Tentu sekali ya Rasulullah," jawab Siti Fatimah kegirangan. Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jibril telah mengajarku beberapa kalimah. Setiap kali selesai sembahyang, hendaklah membaca 'Subhanallah' sepuluh kali, 'Alhamdulillah' sepuluh kali dan 'Allahu Akbar' sepuluh kali. Kemudian ketika hendak tidur baca 'Subhanallah', 'Alhamdulillah' dan 'Allahu Akbar' ini sebanyak tiga puluh tiga kali."

 Ternyata amalan itu telah memberi kesan kepada Siti Fatimah. Semua kerja rumah dapat dilaksanakan dengan mudah dan sempurna meskipun tanpa pembantu rumah. Itulah hadiah istimewa dari Allah buat hamba-hamba yang hatinya sentiasa mengingatiNya. Cerita ini adalah dikisahkan menurut penceritaan yang mudah untuk difahami,insyaAllah tegurlah ana jika ada yang tidak benar... "Jika kamu memelihara dirimu daripada sesuatu perkara yang haram kerana allah diatas wanita kesukaanmu kerana banyak bersabar ,

 insyaAllah hanya dengan izin Allah akan menghalalkannya kepada mu atas kesabaranmu kerana Allah"♥




Wednesday, May 2, 2012

Ciri-Ciri Wanita SOLEHAH.





Seorang gadis kecil bertanya ayahnya “ayah ceritakanlah padaku perihal muslimah sejati?”

Si ayah pun menjawab “anakku,seorang muslimah sejati bukan dilihat dari kecantikan dan keayuan wajahnya semata-mata. Wajahnya hanyalah satu peranan yang amat kecil,tetapi muslimah sejati dilihat dari kecantikan dan ketulusan hatinya yang tersembunyi. Itulah yang terbaik

Si ayah terus menyambung
muslimah sejati juga tidak dilihat dari bentuk tubuh badannya yang mempersona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya yang mempersona itu. Muslimah sejati bukanlah dilihat dari sebanyak mana kebaikan yang diberikannya ,tetapi dari keikhlasan ketika ia memberikan segala kebaikan itu.muslimah sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.muslimah sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa,tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara dan berhujah kebenaran

Berdasarkan ayat 31,surah An Nurr,Abdullah ibn abbas dan lain-lainya berpendapat.
Seseorang wanita islam hanya boleh mendedahkan wajah,dua tapak tangan dan cincinnya di hadapan lelaki yang bukan mahram (As syeikh said hawa di dalam kitabnya Al Asas fit Tasir)


“Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga menghairahkan orang yang ada perasaan dalam hatinya,tetapi ucapkanlah perkataan yang baik-baik”(surah Al Ahzab:32)

“Lantas apa lagi ayah?”sahut puteri kecil terus ingin tahu.
Ketahuilah muslimah sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian grand tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya melalui apa yang dipakainya.
Muslimah sejati bukan dilihat dari kekhuwatirannya digoda orang di tepi jalanan tetapi dilihat dari kekhuwatirannya dirinyalah yang mengundang orang tergoda.muslimah sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani tetapi dilihat dari sejauh mana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa redha dan kehambaan kepada TUHAN nya,dan ia sentiasa bersyukur dengan segala kurniaan yang diberi”


Dan ingatlah anakku muslimah sejati bukan dilihat dari sifat mesranya dalam bergaul tetapi dilihat dari sejauh mana ia mampu menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul”
Setelah itu si anak bertanya”Siapakah yang memiliki criteria seperti itu ayah?Bolehkah saya menjadi sepertinya? mampu dan layakkah saya ayah?”

Si ayah memberikan sebuah buku dan berkata ”pelajarilah mereka!supaya kamu berjaya nanti.INSYA ALLAH kamu juga boleh menjadi muslimah sejati dan wanita yang solehah kelak, malah semua wanita boleh”

Si anak pun segera mengambil buku tersebut lalu terlihatlah sebaris perkataan berbunyi ISTERI RASULULLAH.

Apabila seorang perempuan itu solat lima waktu ,puasa di bulan ramadhan ,menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya,maka masuklah ia ke dalam syurga dari pintu-pintu yang ia kehendakinya”(riwayat Al Bazzar)




Pergorbanan Seorang Adik..



sedih citer ni..besarnya pengorbanan seorang adik..



Aku cuma ada seorang adik. Usianya tiga tahun lebih muda daripada aku.
Suatu hari, untuk mendapatkan sehelai sapu tangan yang menjadi keperluan
anak gadis ketika itu, aku ambil 50 sen dari poket seluar ayah.

Petang itu, pulang saja dari sekolah - ayah memanggil kami berdua. Dia
meminta aku dan adik berdiri di tepi dinding. Aku menggeletar melihat rotan
panjang sedepa di tangan ayah.

"Siapa ambil duit ayah?" tanya ayah bagai singa lapar.

Aku langsung tidak berdaya menentang renungan tajam mata ayah. Kedua-dua
kami membisu,cuma tunduk memandang lantai.

"Baik,kalau tak mengaku,dua-dua ayah rotan!" sambung ayah sambil mengangkat
tangan untuk melepaskan pukulan sulungnya ke belakang aku.

Tiba-tiba, adik menangkap tangan ayah dengan kedua-dua belah tangannya
sambil berkata, "Saya yang ambil!"

Belum sempat adik menarik nafas selepas mengungkapkan kata-kata itu,
hayunan dan balunan silih berganti menghentam tubuh adik. Aku gamam,lidah
kelu untuk bersuara. Walau perit menahan sakit, setitis pun airmata adik
tak tumpah.

Setelah puas melihat adik terjelepok di lantai, ayah merungut:

"Kamu sudah mula belajar mencuri di rumah sendiri. Apakah lagi perbuatan
kamu yang akan memalukan ayah di luar kelak?"

Malam itu, emak dan aku tak lepas-lepas mendakap adik. Belakangnya yang
berbirat dipenuhi calar-balar cuba kami ubati. Namun adik cukup tabah.
Setitis pun air matanya tidak mengiringi kesakitan yang mencucuk-cucuk.

Melihat keadaan itu, aku meraung sekuat hati, kesal dengan sikap aku yang
takut berkata benar.

Adik segera menutup mulutku dengan kedua-dua belah tangannya lalu
berkata,"Jangan menangis kak,semuanya dah berlalu!"

Aku mengutuk diri sendiri kerana tidak mampu membela adik.

Tahun bersilih ganti, peristiwa adik dibelasah kerana mempertahankan aku
bagaikan baru semalam berlaku. Adik mendapat tawaran belajar ke sekolah
berasrama penuh dan aku pula ditawarkan menyambung pelajaran ke peringkat
pra-universiti.

Malam itu ayah duduk di bawah cahaya lampu minyak tanah bersama ibu di
ruang tamu. Aku terdengar ayah berkata, "Zah, kedua-dua anak kita cemerlang
dalam pelajaran. Abang bangga sekali!"

"Tapi apalah maknanya bang...!" aku terdengar ibu teresak-esak.

"Dimana kita nak cari duit membiayai mereka?"

Ketika itulah adik keluar dari biliknya. Dia berdiri di depan ayah dan ibu.
"Ayah,saya tak mahu ke sekolah lagi!"

Perlahan-lahan ayah bangun, membetulkan ikatan kain pelekatnya dan merenung
wajah emak,kemudian wajah adik dalam-dalam.

Panggggg....sebuah penampar singgah di pipi adik. Seperti biasa yang mampu
aku lakukan ialah menutup muka dan menangis.

"Kenapa kamu ni?Tahu tak,kalau ayah terpaksa mengemis kerana persekolahan
kamu, ayah akan lakukan!"

"Orang lelaki kena bersekolah. Kalau tak, dia takkan dapat membawa
keluarganya keluar daripada kemiskinan," aku memujuk adik tatkala menyapu
minyak pada pipinya yang bengkak.

"Kakak perempuan...biarlah kakak yang berhenti."

Tiada siapa yang menyangka, dinihari itu adik tiada dibiliknya. Dia membawa
bersamanya beberapa helai baju lusuh yang dia ada. Di atas pangkin tempat
dia lelapkan mata, terdapat sehelai kertas yang tercatat.....

"Kak...untuk dapat peluang ke universiti bukannya mudah. Saya cari kerja
dan akan kirim wang buat akak."

Apa lagi yang saya tahu selain meraung. Ayah termenung, jelas dia cukup
kecewa. Begitu juga emak yang menggunakan air matanya memujuk ayah.

Suatu petang ketika berehat di asrama, teman sebilik menerpa: "Ada pemuda
kampung tunggu kau kat luar!"

"Pemuda kampung?" bisikku. "Siapa?"

Tergesa-gesa aku keluar bilik. Dari jauh aku nampak adik berdiri dengan
pakaian comotnya yang dipenuhi lumpur dan simen. "Kenapa sebut orang
kampung, sebutlah adik yang datang!"

Sambil tersenyum dia menjawab, "Akak lihatlah pakaian adik ni. Apa yang
akan kawan-kawan akak kata kalau mereka tahu saya adik kakak?"

Jantungku terasa berhenti berdenyut mendengarkan jawapannya. Aku cukup
tersentuh. Tanpa sedar, air jernih mengalir di pipi. Aku kibas-kibas
bebutir pasir dan tompokan simen pada pakaian adik.

Dalam suara antara dengar dan tidak, aku bersuara, "Akak tak peduli apa
orang lain kata."

Dari kocek seluarnya, adik keluarkan sepit rambut berbentuk kupu-kupu.Dia
mengenakan pada rambutku sambil berkata, "Kak, saya tengok ramai gadis
pakai sepit macam ni, saya beli satu untuk akak."

Aku kaku. Sepatah kata pun tak terucap. Aku rangkul adik dan dadanya
dibasahi air mataku yang tak dapat ditahan-tahan.

Tamat semester, aku pulang ke kampung sementara menunggu konvokesyen. Aku
lihat tingkap dan dinding rumah bersih, tak seperti selalu.

"Emak,tak payahlah kerja teruk-teruk bersihkan rumah sambut saya balik."

"Adik kamu yang bersihkan. Dia pulang kelmarin. Habis tangannya luka-luka."

Aku menerpa ke biliknya. Cantik senyum adik. Kami berdakapan.

"Sakit ke?" aku bertanya tatkala memeriksa luka pada tangannya.

"Tak....Kak tahu, semasa bekerja sebagai buruh kontrak, kerikil dan
serpihan simen jatuh seperti hujan menimpa tubuh saya sepanjang masa.

Kesakitan yang dirasa tidak dapat menghentikan usaha saya untuk bekerja
keras."

Apalagi...aku menangis seperti selalu.

Aku berkahwin pada usia menginjak 27 tahun. Suamiku seorang usahawan
menawarkan jawatan pengurus kepada adik.

"Kalau adik terima jawatan tu, apa kata orang lain?" kata adik.

"Adik takde pelajaran. Biarlah adik bekerja dengan kelulusan yang adik
ada."

"Adik tak ke sekolah pun kerana akak." kata ku memujuk.

"Kenapa sebut kisah lama, kak?" katanya ringkas, cuba menyembunyikan
kesedihannya.

Adik terus tinggal di kampung dan bekerja sebagai petani setelah ayah
tiada. Pada majlis perkahwinannya dengan seorang gadis sekampung, juruacara
majlis bertanya, "Siapakah orang yang paling anda sayangi?"

Spontan adik menjawab, "Selain emak, kakak saya...."katanya lantas
menceritakan suatu kisah yang langsung tidak ku ingati.

"Semasa sama-sama bersekolah rendah, setiap hari kami berjalan kaki ke
sekolah.Suatu hari tapak kasut saya tertanggal. Melihat saya hanya memakai
kasut sebelah, kakak membuka kasutnya dan memberikannya pada saya. Dia
berjalan dengan sebelah kasut. Sampai di rumah saya lihat kakinya berdarah
sebab tertikam tunggul dan calar-balar."

"Sejak itulah saya berjanji pada diri sendiri. Saya akan lakukan apa saja
demi kebahagiaan kakak saya itu. Saya berjanji akan menjaganya sampai
bila-bila."

Sebaik adik tamat bercerita, aku meluru ke pelamin, mendakap adik
sungguh-sungguh sambil meraung bagaikan diserang histeria.